Our Partners

Gunakan GSunni Mesin Pecari Aswaja, agar tidak tersesat di situs2 wahabi.. klik sini..

PCINU Maroko

get this widget here

Resources

Catwidget2

?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts4\"><\/script>");

Catwidget1

Pages

Catwidget4

?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts4\"><\/script>");

Catwidget3

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Rabu, 08 Februari 2012

Aswaja, Indonesia dan NU



Rabat, NU Online
Tepat sehari selepas 12 Rabiul Awal  atau bertepatan dengan 6 Februari  waktu setempat, PCINU Maroko mengadakan seminar dalam memperingati Harlah NU ke -86 dan Maulid Nabi Muhammad SAW. Bertempat di Rabat.

Hadir dalam acara tersebut warga Nahdiyyin dan para pelajar Indonesia di Maroko. sedang untuk pembicara, PCINU berkehormatan mengundang para Kiai Muda yang sedang mengikuti short course di Negara seribu Benteng.

Tema "Aswaja, Indonesia dan NU " ini di plih sebagai ajang sharing pengalaman antara Para Kiai Muda dan para audiens yang berada di Maroko, seputar kiat-kiat bermasyarakat, dan berorganisasi dengan membawa lebel NU.

Acara di mulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Tanfidziyah PCINU Maroko periode 2011-2012 Muannif Ridwan. Dalam sambutannya ia Berterima kasih atas partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak atas terselenggaranya acara tersebut.

Acara seminar di buka oleh pemaparan narasumber pertama KH Muhammad Hidayat yang mewannti-wanti akan tiga hambatan utama dalam berdakwah dengan mazhab NU, "Wahabisme, inkarussunnah, dan Liberalisme merupakan tantangan utama kita" ujarnya. "Namun bukan berarti kita harus menutup diri dalam pergaulan bermasyarakat, karena tasammuh dalam perbedaan pendapat merupakan prinsip dasar NU," lanjut  pengasuh pesantren At-Tibyan Depok ini.

Pembicara kedua KH Musaffa, Pimpinan dan Dosen Ma'had Aly Pesantren Al-Fitroh, Surabaya menginformasikan tentang penelitian MUI Jawa Timur, bahwa "Ada dua bola api yang musytasyriqin (orientalis) lontarkan di kutub berseberangan yang seolah menjadi bom waktu bagi perpecahan Islam. Dua bola api itu radikalisme dan liberalisme".

Sedang pembicara terakhir KH Anas Rifai, pengasuh pesantren As-Shidiqiyah VIII, Palembang, Sumsel) menyinggung kebanyakan dari kita yang masih bagai katak dalam tempurung

"Hilangkanlah kejumudan kita. Jangan bagai orang yang membangun benteng namun takut melihat apa yang diluar"

Terakhir acara ditutup dengan pembacaan doa dan Shalawat yang di pimpin KH Rizki Zulqarnain menantu KH Saifudin Amsir.  

Comments :

0 komentar to “Aswaja, Indonesia dan NU”