Our Partners

Gunakan GSunni Mesin Pecari Aswaja, agar tidak tersesat di situs2 wahabi.. klik sini..

PCINU Maroko

get this widget here

Resources

Catwidget2

?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts4\"><\/script>");

Catwidget1

Pages

Catwidget4

?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts4\"><\/script>");

Catwidget3

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Rabu, 14 Desember 2011

Perlu Penyebaran Virus Enterpreneurship di Lingkungan NU

Sumber : NU Onine

Perlu Penyebaran Virus Enterpreneurship di Lingkungan NU
Sektor ekonomi menjadi bagian penting dari awal berdirinya NU melalui Nahdlatut Tujjar, sayangnya belakangan ini, sektor ekonomi kurang mendapat sentuhan maksimal, padahal banyak sekali para pelaku ekonomi yang terus tumbuh dan berkembang di masyarakat.
Salah satu pelaku ekonomi NU yang sukses diantaranya adalah H Muhammad Hilmy, presiden direktur PT Mubarokfood Cipta Delicia, yang memproduksi Jenang Mubarok di Kudus, yang kini usahanya sudah berusia satu abad.
Bagaimana kiat-kiat sukses yang dijalankan Wakil Ketua PCNU Kudus bidang ekonomi ini dalam berusaha serta apa yang harus dilakukan dalam menumbuhkembangkan etos kewirausahaan di lingkungan NU, berikut ini wawancaranya dengan Achmad Mukafi Niam dalam marketing gathering yang diselenggarakan di anjungan Yogya Taman Mini Indonesia Indah (TMII) saat marketing gathering pada Rabu, 7 April lalu.
Bagaimana sejarah Mubarokfood ini?
Mubarokfood saat ini sudah memasuki generasi ke tiga. Sebagaimana kita ketahui, persentase perusahaan yang bisa bertahan, bahkan yang dapat berkembang sampai generasi ketiga dan seterusnya relatif sangat sedikit sehingga momentum satu abad ini layak disyukuri
Lahir pada saat sulit, tepatnya tahun 1910 sebelum kemerdekaan yang dirintis oleh Hj Alawwiyah bersama H Mabruri. Kalau digambarkan, generasi pendiri yang mengawali usaha rumahan ini sangat luar biasa karena hanya bermodalkan semangat dan kerja keras. Tanpa itu, perkembangan Mubarokfood tak akan sampai dari generasi ke generasi,
Pada masa generasi pertama, persoalan yang dihadapi tak hanya persaingan dengan produsen jenang lain, kendala juga dihadapi akibat kebijakan pemerintah Belanda yang melarang penggunaan beras ketan, tetapi ini bisa diatasi oleh generasi pertama dengan mencari bahan baku pengganti. Singkat kata dengan dilandasi ketekunan dan semangat, alhamdulillah, bisa diteruskan pada estafet ke dua, yaitu Sohib Mabruri, bapak saya.
Generasi kedua ini tak beda tantangannya. Substansi atau poin penting dari pengelolaan yang waktu itu masih home industri adalah keinginan dan kesadaran untuk melindungi merek. Tahun 1947, dua tahun setelah merdeka sudah ada kesadaran untuk pengajuan penggunaan merek, yaitu Sinar 33 dan alhamdulillah diterima. Item yang melegenda sekarang kita pertahankan, yang merupakan ikon Mubarok sampai saat ini.
Apa peran penting generasi kedua?
Generasi ke dua sudah berpandangan ke depan, karena disamping mempersiapkan infrastruktur, diantaranya tadi ada kesadaran merek, sudah ada rencana alih generasi, yaitu generasi ke tiga, yang biasanya krusial. Ternyata benar adanya, kita diuji konflik internal, tetapi alhamdulillah bisa kita kelola sedemikian rupa dan kita jadikan modal untuk menyatukan energi ini.
Alhamdulillah, sebelum Bapak wafat 2003, Sejak tahun 1992 sudah menyiapkan regenerasi, diadakan musyawarah keluarga, disepakati saya menjadi komandan.
Apa yang anda lakukan sebagai pemimpin baru dalam sebuah perusahaan keluarga?
Ternyata memang mengawali usaha keluarga ada keunikan sendiri, kami menyadari sepenuhnya keterbatasan yang ada, termasuk yang paling kami rasakan adalah SDM. Pada generasi pertama dan kedua, pola dan rekrutmennya masih sebatas keluarga, tetangga dan seterusnya sehingga kompetensi di bidangnya belum terfikirkan.
Kami menilai SDM sesuatu yang sangat strategis dan aset berharga, bagaimanapun modal yang kita punyai tanpa pengelolaan yang baik sulit untuk bisa mengelola dan mengembangkan perusahaan ini ke depan.
Konsentrasi kami adalah pembenahan di bidang SDM dengan melakukan berbagai training. Akhirnya tumbuh kesadaran dan budaya positif walaupun kami menekankannya melalui deadline. Kalau target dan job description tidak bisa dilakukan, dengan terpaksa akan dilakukan rotasi.
Kami waktu itu menghindari pemutusan hubungan kerja karena persoalan ini berawal dari rekrutmen dan menjadi tanggung jawab kami untuk memperbaiki, kesalahan bukan pada mereka. Jadi pembenahan tak menimbulkan gejolak berarti.
Bagaimana visi dan misi perusahaan?
Selanjutnya kami mulai menentukan visi dan misi kami ke depan. Melalui diskusi dan sharing dengan semangat kebersamaan, kami menetapkan visi kami ingin “Menjadi makanan khas Indonesia berkelas dunia”.
Sinyal positif dan apresiasi dari berbagai fihak kami syukuri dan layak kami banggakan. Dari Pemkab Kudus, termasuk fihak lain di tingkat regional dan nasional. Visi tidak akan terwujud baik dan sempurna tanpa dukungan misi.
Produk ini harus berkualitas, kemudian produk harus sesuai dengan standar pemerintah yang ditetapkan. Tahun 1995 kita sudah menyampaikan misi berstandar nasional dan internasional. Akhirnya terwujud 2002 dengan mendapatkan ISO 9001:2000. Dari sisi internal kami di SDM, kami menetapkan diri sebagai perusahaan yang amanah, profesional, kreatif, inovatif.
Mengenai tujuan, dengan semangat yang kita gelorakan, kami bertujuan Mubarokfood tak hanya bermain di industri jelang, tetapi juga di minuman. Akan kita sinergikan dalam payung besar Mubarakfood. Selama ini keluarga ada yang berjalan sendiri-sendiri, lalu kita satukan agar mampu memiliki daya dorong yang kuat.
Fasilitas apa yang sudah dimiliki untuk mendorong peningkatan kualitas produk ini?
Kita sudah memiliki labaratorium. Ini satu-satunya kelas UMKM yang ada di Kudus, lainnya belum ada yang membangun sendiri laboratorium. Kalau akan ada test-test rasa atau pengembangan tertentu kita bisa melakukan sendiri. Dulu kita bekerjasama dengan balai POM. Sekarang kita sudah mandiri, apapun yang menjadi impian kita, kita terjemahkan dengan tim di laboratorium itu.
Kegiatan apa yang dilakukan menyongsong satu abad Mubarokfood ini?
Dalam mewujudkan rasa syukur, kami mengadakan berbagai kegiatan, dari tanggal 28 Januari sampai 5 Oktober, memang kegiatan kita melibatkan elemen masyarakat, komunitas intenal kami, agen-agen, termasuk tanggal 27 Juni, kami akan mengadakanmarketing gathering di perusahaan. Kalau di Jakarta, sharing dengan distributor dan agen, namun demikian, kita akan tetap mensemangati mereka.
Sebetulnya, ultahnya bulan Juli, tapi gongnya 5 Oktober, Juli juga ada kegiatan besar, yaitu Nada dan Dakwah, sudah positif, sudah ada kesepakatan dengan KH Zainuddin MZ, Neno Warisman, dan lainnya.
Apa Mubarokfood juga meluncurkan produk baru?
Ya, kita melucurkan varian baru, yang satu merek Baginda, jenangnya berwarna-warna, seperti zebra, Baginda artinya bagi anda semua. Kebetulan di Mubarok ada pengajian setiap selapan (36 hari) sekali. Dan terakhir Rabiul Awal lalu, disitulah kami mendapat inspirasi nama Baginda.
Kedua, lahir merek Semesta, slogannya, lezatnya alami, anugerah alam. Ketiga, merek yang kita adalah Jawa Rasa. Jawara-nya jenang Kudus, rasa Jawa. Untuk mensupport produk baru ini, setiap merek ada logo kecil, produksi Mubarok.
Sebagai merek terkenal, apa pernah mengalami masalah dengan pemalsuan atau penjiplakan?
Kita diganggu di Bali oleh kompetitor, dalam seminggu pasarnya turun, ternyata setelah ditelusuri ada merek lain yang ditambahi keterangan produksi Mubarok. Akhirnya distributor lapor ke kita, kita kontak kepolisian untuk memback up, ternyata oknumnya polisi juga, tapi karena ada payung hukumnya, dan ada buktinya kita bisa bertindak. Akhirnya kita kasih somasi satu pekan untuk menarik semua produk mereka, alhamdulillah dipatuhi, sekarang stabil lagi.
Di Kudus malah lucu lagi, pokoknya persaingannya sepeti itu, berputar pada pemalsuan atau pembuatan merek yang mirip-mirip Mubarok. Ada yang kita panggil, mereka bersedia mengganti merek, tetapi diminta untuk tetap mencantumkan inisial Rok, dari kata Mubarok, biar tetap laku. Akhirnya kita pertimbangkan, yang penting jangan terlalu mirip.
Dulu yang kita tindaklanjuti hukum adalah Mubarokah, ketika dijual kata-kata “ah”-nya ditutupi sehingga yang terlihat hanya Mubarok. Ternyata tidak mudah, padahal kita sudah dikawal oleh penasehat hukum, masih kerepotan di lapangan. Yang lucu lagi, kita di tingkat banding menang, tinggal eksekusi, oknumnya “minta”. Ini yang kami alami. Tapi sekarang somasi efiesien, kita cantumkan pasal ini, sanksinya ini sehingga mereka takut.
Bahkan ketika kita masuk ke pidana, beberapa lawyer menghubungi kita untuk masuk ke ranah perdatanya, tapi kita tidak melakukan karena ingat pesan dari generasi ke dua, “Kalau ada apa-apa sebisa mungkin dihindari menuntut”
Memang baru sekali ada langkah hukum, permintaan dari lawyer kita abaikan. Bapak saya berprinsip, “ben melu urip, sakke” (biar ikut hidup, kasihan). Saya ingat, waktu masih sekolah, ada yang memalsu. Pelakunya ketemu, ditahan sementara, terus bapak ngak tega lalu dikeluarkan. Tapi disisi lain, kita juga perlu melakukan shock terapy. Di usaha manapun selalu ada kasus seperti itu, kalau ada yang menguntungkan, ada orang yang “kreatif” untuk ikut mengambil keuntungan.
Langkah apa yang dilakukan untuk mengikuti perkembangan selera atau situasi baru?
Selain mengikuti perkembangan selera, kita juga mengikuti perkembangan trend kesehatan. Tahun 2001, kami mengadakan survey untuk komunitas tertentu, ternyata, masyarakat modern sudah mulai menghindari gula, karena itu Litbang kami sudah mulai mencoba membuat produk yang rendah gula dan kalori, tetapi kami belum mampu memenuhi criteria low sugar low calori karena bahan baku yang digunakan memang banyak mengandung bahan-bahan itu. Kita baru bisa melakukan pengurangan persentasenya saja.
Kita juga melakukan edukasi bahwa jenang tidak selalu manis, ada aroma tertentu yang bisa menyesuaikan. Seperti di Bali, turis kan memiliki selera tertentu, itulah salah satu upaya kita.
Strategi pemasaran lain?
Untuk strategi pemasaran lainnnya, kita menjalin kerjasama dengan penyedia jasa katering, ada yang sudah sampai memasang merek Mubarok di mejanya. Demikian pula di perusahaan bis. Di penerbangan Garuda jurusan Jakarta Semarang, kita menjadi snack resmi yang digunakan, setelah dengan susah payah mengalahkan sebuah merek coklat terkenal.
Kita juga punya channel di beberapa penerbangan asing, sudah di coba ditest dan sesuai dengan kriteria., tinggal MoU yang lebih rinci. Kalau sekedar rasa tidak masalah, kualitas tiga bulan disimpan juga tak tumbuh jamur
Kemudian kami juga menjadi oleh-oleh resmi jamaah haji asal Jawa Tengah sejak tahun 2000 sampai sekarang. Kita juga melakukan pendekatan dengan embarkasi Jawa Timur. Sebetulnya kita pernah di Jakarta dan Kaltim, tapi lagi-lagi kedaerahan muncul, karena ingin produknya sendiri dimunculkan.
Bagaimana posisi Mubarok dihadapan produsen jenang lain?
Pedagang jenang kalau Mubarok tidak menaikkan harga, mereka juga susah, karena harga bahan bakunya kan juga fluktuasi, kalau kita bertahan, mereka bingung, kalau sama harganya mereka kalah, kalau kita naik sedikit, mereka senang karena harganya naik. Makanya kita juga ada strategi tertentu, misalnya menyamakan harga atau tak terlalu jauh.
Apa Mubarok juga mengenalkan diri pada kelompok muda dan remaja?
Kita juga menerima kunjungan ke pabrik, dari anak TK sampai SMA, ini merupakan salah satu alat promosi kita sehingga ketika berkunjung ke Mubarok, mengenalkan produk kita, Cuma mungkin kita perlu upaya lebih keras lagi dari generasi lebih muda.
Bagaimana tentang upaya peningkatan kewirausahaan di lingkungan NU?
Jadi memang kita cermati, memang potensinya tidak dipungkiri lagi, sayangnya belum ada program riil, kalau program yang ada dalam program kerja sudah cukup mendukung sehingga kesadaran ini yang perlu ditumbuhkan.
Kelemahan kita ada di manajemen. Sadar bahwa ini kelemahan, tetapi dengan segala keterbukaan, tantangan ke depan pada action yang lebih riil.
Jadi persoalan program tidak jalan karena apa?
Semangat untuk bersinergi masih lemah, perlu ada komunikasi yang lebih dinamis. Ini sesuatu yang perlu kita semangati terus, belum ada sinergi persolan dengan departmen yang ada untuk beraction yang lebih nyata.
Dalam konteks yang lebih kecil, misalnya di Kudus, potensinya ada di depan mata, tetapi pengelolaannya itu kurang maksimal. Ini mestinya yang harus kita benahi untuk lebih menjalin kebersamaan.
Sebenarnya, sebagai wakil ketua yang membidani perekonomian, kami membidik berkolaborasi dengan pesantren yang ber-basic tidak hanya di kajian keilmuan keagamaan, tetapi ada basic lain, skill untuk siap menjawab tantangan ke depan, sekarang kan tantangan ekonomi.
Apa memang selama ini kurang mengakomodasi para pengusaha?
Tidak juga, dalam konteks tertentu, di luar kepengurusan, ada kepanitiaan yang tidak jauh berbeda untuk mengurusi program tertentu, sayang lemah dalam dinamika di lapangan. Ini karena lemahnya manajemen, disini kan terkait banyak hal, infrastrukturnya, semangat memotivasinya.
Saya kira sebenarnya NU perlu bercermin dari pengalaman di dunia luar, ini salah satu kelemahan. Kita sering memperolok-olokan kita sendiri. Sebenarnya dalam konteks tertentu baik, tetapi belum ada target yang lebih riil, dan seterusnya, harus lebih jelas breakdownnya, yang lebih realistis sehingga ini memotivasi ada semangat kemajuan yang lebih terukur.
Semua orang mengakui kelemahan ini kok masih menjadi problem?
Manajemen tak hanya keilmuan, tetapi lebih dari itu, butuh fondasi, belum ada kepiawaian dari lapisan tertentu untuk memberikan motivasi, termasuk saya sendiri yang belum cukup memberi motivasi di berbagai lembaga dan struktur di bawah saya.
Saya dua kali menangani proyek pembangunan, salah satunya gedung NU yang baru, hanya butuh sekian Milyar. Sebenarnya dengan potensi yang kita punya bisa dicapai, ternyata kita lemah di lapangan.
Masyarakat belum mendapat berkah dari NU?
Lebih-lebih masyarakat, untuk warga sendiri belum ada sebuah kemajuan yang signifikan, kalau trend positif sudah ada, dari berbagai pembenahan tertentu ada, tetapi dengan waktu yang sekian cepat kan belum signifikan, ini sebuah kelambanan tertentu
Perlu ada revolusi atau apa?
Revolusi dalam konteks tertentu perlu, untuk membangkitkan semangat perlu revolusi, untuk pergerakan, sehingga kita tidak terlalu terbelakang dalam hal ekonomi sehingga pada saat sekarang, virus enterpreneurship, mestinya ini menjadi sentilan di lingkungan internal kita. Nah kita nampaknya belum sepenuhnya ditangkap, tidak sekedar sentilan, tetapi jeweran untuk mengejar ketertinggalan.
Harus menjadi program besar bagi NU ke depan?
Termasuk prioritas bersama, ini kan dalam evaluasi besar kita kan masih dalam barisan yang tertinggal, sehingga ada program yang religius pengajian bisa dimanfaatkan untuk pemberdayaan pengumpulan dana, sebetulnya kan harus sudah mandiri, tetapi masih terus berlanjut.
Potensi ekonomi yang bisa diraih?
Berawal dari koperasi yang ada di pengurus NU, ini bisa diberdayakan, UU Koperasi, kalau disemangati secara proporsional cukup mendukung. Disamping kesadaran yang sudah ada, semangat berkompetisi masih kurang. Sebenarnya ada sentilan, kalau di organisasi tidak dapat apa-apa mana bisa maju. Ok, kita sudah pernah memberikan apresiasi sesuai dengan kompetensinya, tetapi akhirnya ada sesuatu yang kembali pada tanggung jawab yang belum sepenuhnya. ternyata ada budaya tertentu yang belum mendukung, termasuk mendisiplinkan diri, semangat. (mkf)

Comments :

0 komentar to “Perlu Penyebaran Virus Enterpreneurship di Lingkungan NU”