"Hai, ngapain kamu baca ratib segala, bacaan-bacaan yang ada di ratib itu kan penuh kemusyrikan dan doa-doa bid'ah. belum lagi pake ada ungkapan tawassulan, istighatsahan. Wah, wah…. anda ini kalo berdoa kudu ikhlas, jangan diaduk-aduk kaya bikin gado-gado lontong aja !".
"Hai pemuda, aku baca ratib karena di dalamnya penuh muatan doa dan munajat kepada Allah, aku minta kepada Allah agar dijauhi dari musuh-musuh Islam, minta kepada Allah agar diberkahi hidup di dunia, minta kepada Allah agar mati dalam keadaan husnul khatimah dan seterusnya.
Dan satu hal yang aku heran, kenapa kamu larang dan cerca aku yang senang membaca ratib al-Atthas dan al-Haddad yang disusun dua ulama sufi besar, sementara kamu pun asik membaca al-Ma'tsurat yang ditulis seorang intelek pergerakan, Hasan al-Bana ? Bukankah dilarang jeruk makan jeruk ?!
Ungkapan kamu tadi yang mengatakan bahwa ratib sarat bermuatan doa-doa yang mengandung kemusyrikan dan bid'ah, itu semua karna ketidaktahuan kamu yang tidak pernah mau menggali agama secara baik dengan para pakarnya. Aku tahu selama ini bukan pengajian yang kamu tekuni, tapi cuci otak gurumu yang minim pengetahuannya tentang ini, maklum karena ini adalah wilayah wirid yang lebih dalam dari lautan samudra dan lebih belantara dari hutan kalimantan. Anda sebenarnya adalah robot muda yang diprogram untuk menyalahkan berbagai amaliah orang lain yang tidak sesuai dengan nafsu gurumu yang minim, menurut ku, sebaiknya anda bersibak saja dulu di pinggir pantai kalau tidak sanggup berenang ke tengah laut." Demikian wejangan si santri
*Penulis : Muhammad Yusuf Hidayat adalah salah satu dari rombongan kiyai muda di Maroko delegasi PBNU.
Comments :
0 komentar to “MA'TSURAT VS RATIB”
Posting Komentar