Our Partners

Gunakan GSunni Mesin Pecari Aswaja, agar tidak tersesat di situs2 wahabi.. klik sini..

PCINU Maroko

get this widget here

Resources

Catwidget2

?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts4\"><\/script>");

Catwidget1

Pages

Catwidget4

?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts4\"><\/script>");

Catwidget3

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Selasa, 06 Desember 2011

Bilik Cinta


*Oleh: Afif Husen
Bilik cinta  =  Kereotan berfikir


 Penjara merupakan pemukiman resmi para penjahat (dalam segala fersinya ) yang di nilai telah melanggar aturan2 yang telah di tetapkan oleh negara. Penjara juga di sisi lain merupakan bentuk usaha prevenif dan persuasive untuk menghasilkan efek jerah kepada narapidana untuk tidak mengulangi tindakan jahatnya. Sekaligus menjadi semacam  semacam malaikat izrail ( pencabut nyawa ) yang akan menciutkan mental masyarakat untuk berbuat kejahatan, karena begitu tidak mengenakkan dan mengerikanya berada dalam biu. Di tambah dogma dan pola pikir  masyarakat bahwa penjara adalah tempat hina, sehingga yang keluar darinya stempel hina akan terus melekat.  Dari sini,  sehingga kriminalitas bisa di redam volumenya jika fungsi dan makanisme penjara berjalan dengan baik dan benar.

Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) mencatat  jumlah tindak kriminalitas selama Agustus 2011 mencapai 1.758 kasus dari berbagai jenis kejahatan di wilayah hukum DKI Jakarta dan sekitarnya. Itu baru yang di Jakarta, itu baru yg bisa terungkap. Yang di kota2 lain dan  yang tidk terungkap ?. Tentu lebih banyak.  
Kriminalitas terus bertambah jumlahnya, terus beragam macamnya.

Indonesia  adalah Negara hukum,  yang terbanyak komunitas muslimnya  di tambah tanah air kita  mashur dengan  sopan santun dan ramah tamahnya.  Tapi kenapa kejahatan tumbuh subur di tanah yang subur ini. Apakah embel embel itu hanya bualan kosong, hanya dongeng pengiring tidur.

Kriminalitas tidak hanya terjadi di luar bui,  pelakunya pun tidak hanya mesyarakat sipil, karena sangat banyak juga kriminalitas dalam transaksinya berada dalam area penjara. Baik itu para napinya, sipir2 dan penjabat2 nya. Kasus artalita menjadi sampel kecil  dari anyirnya penjara kita. Yang berduit, yang berkuasa, penjara bisa serasa di hotel. Di sulap semau mereka, juga pengakuan2 dari mantan napi yang katanya, lalu lintas peredaran narkotika berjalan juga di sana, transaksi PSK,  gank2 dsb. Yang kerap menyelimuti atmosfer penjara2 kita.

Begitu memilukan, begitu bobroknya penjara2 kita. Tak berkualitas.
Karena tak usalah ada “bilik cinta”  meski terselip niatan baik juga dalam penerapanya. Tetapi itu tak sebanding dengan  resiko yang akan di hadapi kedepan. Wong belum ada bilik cinta aja PSK2 masih nyelonong2 masuk.

Sementara ada dua hal yang mendasari tidak perlunya  “ bilik cinta “
1.     Akan memudar dan hilangnya daya kesakralan  penjara sebgai jawaban dari kesadaran untuk tidak berbuat kejahatan atau efek jerah. Sehingga jika penjara di pandang ompong ( karena fasilitas2 yg ada membuat nyaman ).  Imbasnya  angka  kriminalitas akan melejit.
2.     Bilik cinta mungkin bisa di pertimbangkan, tapi jauh lebih di pertimbangkan, dan menjadi hal primer adalah kebobrokan penjara2 kita yang kudu segera di benahi termasuk kedisiplinan dan mkanismenya. Secepatnya, sebersih bersihnya. Karena sudah banyak tangan2 kotor  yang mengotak ngatik.  Jika terus di diamkan sama halnya dengan kita membiarkan kejahatan tetap berkeliaran. Membiarkan duri terus berada dalam sepatu kita.

Karena pejara  bukanlah rumah, tempat singgah melepas lelah, tempat berkumpul dengan sanak saudara. Penjara adalah imbalan bagi mereka  yang melakukan pidana. Tempat kotor,  bagi mereka yang melakukan tindakan tindakan kotor.
So,  bolehlah bilik cinta itu di beradakan, tapi tidak untuk sekarang. Karena masih banyak hal hal yang jauh lebih penting yang mesti di prioritaskan.  Seperti  halnya buat apa membeli es cream, jika perut kelaparan, bukankah lebih logis dan tepat membeli nasi yang lebih di butuhken.


Marocco 16 september 2010

*Penulis adalah mahasiswa yang sedang menempuh s1 nya di ma’had ali imam nafie.  Tanger marocco





Comments :

0 komentar to “Bilik Cinta”